Ciri Lingkungan
Baik lingkungan ekstern maupun lingkungan intern mempengaruhi
efektivitas organisasi. Lingkungan ekstern merupakan semua kekuatan yang
timbul di luar batas-batas organisasi dan mempengaruhi keputusan serta
tindakan di dalam organisasi. Pengaruh lingkungan ekstern meliputi
derajat kestabilan yang relatif dari lingkungan, derajat kompleksitas
lingkungan dan derajat ketidakpastian lingkungan. Yang termasuk dalam
lingkungan luar antara lain adalah hukum, ekonomi dan pasar di mana
organisasi berusaha mendapatkan sumber daya dan mendistribusikan
keluarannya. Lingkungan intern dikenal sebagai iklim organisasi, yang
meliputi macam-macam atribut lingkungan kerja, khususnya atribut-atribut
yang diukur pada tingkat individual. Lingkungan dalam meliputi
kebudayaan dan sosial yang sangat menentukan perilaku kerja.
Ciri lingkungan menjelaskan bahwa keberhasilan suatu organisasi sangat
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menanggapi lingkungannya. Dalam
menentukan tepat-tidaknya tanggapan organisasi terhadap perubahan
lingkungan, ada tiga variabel kunci yang dipakai yakni tingkat
keterdugaan keadaan lingkungan, ketepatan persepsi atas keadaan
lingkungan dan tingkat rasionalitas organisasi. Dengan arti lain,
semakin tepat tanggapannya, maka semakin berhasil kemampuan organisasi
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Pemantauan yang
terus-menerus terhadap perubahan lingkungan harus diikuti dengan
penyesuaian standar design, teknologi, sasaran dan perilaku organisasi.
Steer (1985:111) menyimpulkan dari berbagai penelitian yang dilakukan
oleh para ahli seperti Lawrence & Lorch (1967), Weick (1969) dan
Simon (1957) bahwa keterdugaan, persepsi dan rasionalitas merupakan
faktor yang penting yang mempengaruhi hubungan lingkungan. Dalam
hubungan ini terdapat suatu pola dimana tingkat keterdugaan dari keadaan
lingkungan disaring oleh para pengambil keputusan dalam organisasi
melalui ketepatan persepsi yang tepat mengenai lingkungan dan
pengambilan keputusan yang sangat rasional akan dapat memberikan
sumbangan terhadap efektivitas organisasi.
Ciri Pekerja
Selain ciri organisasi dan ciri lingkungan, pekerja juga mempengaruhi
tingkat efektivitas organisasi sebab lancar-tidaknya pencapaian tujuan
suatu organisasi tergantung dari kemampuan pekerja sendiri. Kemajemukan
yang ada dalam suatu organisasi (organization diversity) menggambarkan
perbedaan individual di antara pekerja. Perbedaan individual
menggambarkan perbedaan di dalam pandangan, tujuan, kebutuhan dan
kemampuan. Hal yang dipengaruhi di dalam pencapaian efektivitas adalah
rasa keterikatan terhadap organisasi atau jangkauan identifikasi para
pekerja dengan majikannya dan prestasi kerja individual.
Katz Kahn (1966) meneliti peranan tingkah laku dalam efektivitas
organisasi harus memenuhi tiga persyaratan tingkah laku yaitu : Pertama,
setiap organisasi harus mampu membina dan mempertahankan suatu armada
kerja yang mantap yang terdiri dari pekerja baik pria maupun wanita yang
terampil. Hal ini berarti disamping mengadakan penerimaan dan
penempatan pegawai, organisasi juga harus mampu memelihara para pekerja
dengan imbalan yang pantas dan memadai sesuai dengan kontribusi individu
dan yang relevan bagi pemuasan kebutuhan individu.
Kedua, organisasi harus dapat menikmati prestasi peranan yang dapat
diandalkan dari para pekerjanya. Sering terjadi manajer puncak yang
seharusnya memikul tanggung jawab utama dalam merumuskan kebijakan
perusahaan, membuang terlalu banyak waktu untuk keputusan dan kegiatan
sehari-hari yang sepele dan mungkin menarik akan tetapi tidak relevan
dengan peranannya, sehingga berkurangnya waktu yang tersedia bagi
kegiatan kearah tujuan yang yang lebih tepat. Bila sebuah organisasi
ingin beroperasi efektif, setiap anggota bukan hanya harus bersedia
berkarya, tetapi juga harus bersedia melaksanakan tugas khusus yang
menjadi tanggung jawab utamanya.
Terakhir, disamping prestasi peranan yang dapat diandalkan, organisasi
yang efektif menuntut agar para pekerja mengusahakan bentuk tingkah laku
yang spontan dan inovatif. Job discription tidak akan dapat secara
mendetail merumuskan apa yang mereka kerjakan setiap saat, karena jika
terdapat keadaan darurat atau yang luar biasa, individu harus mampu
bertindak atas inisiatif sendiri atau mengambil keputusan dan mengadakan
tanggapan terhadap yang paling baik bagi organisasi.
Peranan pekerja sangat mempengaruhi proses pencapaian tujuan sebab
menyangkut tingkat produktivitas kerja di dalam menghasilkan output.
Apabila pekerja bekerja secara produktif dan memperbesar serta
memperlancar kemungkinan tercapainya tujuan organisasi, maka efektivitas
kerja akan meningkat. Di lain pihak, apabila para pekerja dihadapkan
pada situasi dimana tujuan pribadi mereka bertentangan dengan sasaran
organisasi, maka efektivitas kerja akan berkurang.
Kebijakan dan Praktek Manajemen
Kebijakan dan praktek manajemen merupakan mekanisme yang meliputi
penetapan tujuan strategi, pencarian dan pemanfaatan sumber daya secara
efisien, menciptakan lingkungan prestasi, proses komunikasi,
kepemimpinan dan pengambilan keputusan serta adaptasi dan inovasi
organisasi. Dalam hal ini, peranan manajer sangat penting untuk
mengarahkan kegiatan-kegiatan secara proporsional untuk mencapai tujuan.
Henry Mintzberg yang dikutip Gibson at.al (1996:33) mengidentifikasikan
tiga peran utama manajerial : Peran interpersonal, peran pengambil
keputusan dan peran informasi.
Masing-masing peran mempunyai beberapa aktivitas yang berkaitan yang
membedakan satu peran dari lainnya. Aktivitas peran interpersonal dengan
jelas melibatkan manajer dengan pihak lain didalam maupun diluar
organisasi. Aktivitas peran pengambil keputusan melibatkan manajer dalam
membuat keputusan dari sudut operasional, alokasi sumber daya, dan
negosiasi dengan unsur-unsur organisasi. Peran informasi akan melibatkan
manajer sebagai seorang penerima atau pemberi informasi kepada berbagai
individu dan institusi.
Sebuah kebijakan yang baik adalah kebijakan yang berjalan, yang membuat
kebijakan itu berjalan adalah bila kebijakan tersebut secara jelas
membawa kita kearah yang ingin kita tuju. Kebijakan harus dipahami,
tetapi tidak berarti bahwa kebijakan harus ditulis ( Michael Amstrong,
1995: 49). Sifat kebijakan tersebut diatas menuntut adanya kontribusi
para pelaksana kebijakan dalam penetapannya, karena merekalah yang akan
menjadi implementor dari kebijakan dari kebijakan yang telah dibuat.
Musyawarah untuk mencapai mupakat diperlukan pula dalam menetapkan suatu
kebijakan dalam suatu organisasi. Pada intinya manajemen adalah tentang
memutuskan apa yang harus dilakukan dan lalu melaksanakannya melalui
orang-orang (Amstrong, 1995:xiii). Definisi ini menekankan bahwa manusia
dalam organisasi merupakan sumber daya terpenting, karena melalui
sumber daya inilah sumber daya lainnya seperti pengetahuan, keuangan,
peralatan dan sebagainya dapat dikelola.
Begitu pentingnya manajemen bagi organisasi, maka para manajer harus
dapat menjadi manajer yang mengerti para pegawainya, menghargai karena
tanpa mereka manajer tidak mempunyai arti apa-apa. Kebijakan dan
paraktik manajemen ini berpengaruh terhadap efektivitas organisasi,
karena para pekerja dalam organisasi yang menentukan efektif atau
tidaknya suatu organisasi dapat digerakkan oleh manajer yang baik untuk
melaksanakan kebijakan guna mencapai tujuan organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar