Tulisan ini membahas berbagai hal mengenai kepemimpinan dalam OSIS yang disajikan penulis dengan dua cara,yaitu :
Secara argumentatif;disusun berdasarkan opini-opini penulis mengenai
konstelasi OSIS,masalah-masalah yang biasa dihadapi oleh seorang ketua
OSIS.Dalam tulisan ini juga penulis mencoba memberikan cara-cara
mengatasi masalah-masalah tersebut yang didasarkan pada pengalaman
empiris penulis,walaupun penulis bukanlah seorang pemimpin yang berhasil
dalam memimpin organisasi ini namun eksistensi penulis yang sekarang
sudah tidak berada di dalam organisasi ini membuat penulis lebih
kritis.Seperti halnya fenomena permainan sepak bola,,,,,.sepertinya
penontonlah yang lebih hebat dari pemainnya.Penonton lebih tahu langkah
apa yang seharusnya dilakukan menghadapi saat-saat sulit selama
permainan berlangsung,karena penonton berada diluar lapangan dan tidak
sedang dihadapkan pada masalahnya secara langsung Demikian pula dengan
penulis,dalam fenomena tersebut penulis tidak lagi menjadi pemainnya
melainkan menjadi penonton sehingga lebih mudah mencari jalan keluar
dari masalah-masalah yang dihadapi dan tentunya menggunakan pengalaman
empiris saat menjadi ketua OSIS dulu
Secara subjektif;argumen-argumen yang dituangkan dalam tulisan ini
berdasarkan perspektif penulis.Penjelasannya berdasarkan apa yang
dirasakan,dilihat dan yang dialami penulis selama melaksanakan tugas
sebagai ketua OSIS.Jadi,mungkin berbeda pandangan dengan teman-teman
lain yang saat itu juga menjadi pengurus OSIS.
Dalam hal ini penulis hanya ingin berbagi pengalaman,cerita atau hal apa
saja yang dialami saat menjadi ketua OSIS tanpa bermaksud menggurui
atau dilandasi oleh tujuan-tujuan tertentu,,,,,,,,,tidak,,tidak demikian
! melalui tulisan ini penulis hanya ingin menyampaikan
konsepsi-konsepsi penulis terhadap OSIS yang diangkat dari realitas
bukan berdasarkan teori.Mungkin banyak sekali buku-buku yang membahas
mengenai OSIS secara teoritis saja tanpa pernah memperhatikan
masalah-masalah yang disajikan penulis dalam tulisan ini,karena
kebanyakan masalah-masalah yang dibahas adalah hal-hal yang sifatnya
unvisible,yang hanya dapat dirasakan dan diketahui saat berada di dalam
organisasi ini bahkan mungkin tidak pernah terpikirkan oleh orang-orang
yang tidak “mengenal” organisasi ini.
Mendapat kepercayaan sebagai ketua OSIS bukanlah hal yang mudah,namun
bukan juga hal yang sulit.Bukan hal yang useless ,namun sebaliknya
syarat akan pengalaman, dan pengetahuan yang mungkin saja tidak anda
dapatkan saat berada di dalam kelas.”Pengalaman” mungkin seperti itulah
kita sering menyebut “hal-hal” yang didapatkan saat memperoleh
kepercayaan menjadi ketua OSIS.
Bagi sebagian orang mungkin menganggap menjadi ketua OSIS itu sangat
menyenangkan ;bisa dikenal banyak orang(famous),dikenal oleh
guru,memiliki aksesibilitas yang tinggi,prestasi sekaligus
prestise.Memang benar ! tapi itu hanyalah sekelumit hal-hal yang akan
anda alami saat menjalankan tugas menjadi seorang pemimpin organisasi
intra sekolah ini.Seharusnya setiap orang yang berkeinginan dan atau
berkesempatan menjadi ketua OSIS aware akan “apa saja” yang akan
dihadapi pasca terpilih nanti.Hal pertama yang harus dilakukan adalah
membayangkan hal terberat yang akan dihadapi,hal ini bukan dimaksudkan
membebani ketua OSIS terpilih.Namun hal ini dimaksudkan agar jika suatu
saat nanti menghadapi masalah terberat sekalipun bisa mengatasi dan
tidak terbebani oleh masalah-masalah tersebut.Seperti halnya dengan dua
orang yang harus berjalan kaki,si A sudah mengetahui atau setidaknya
sudah membayangkan seberapa jauh perjalanan yang harus ditempuh namun si
B sama sekali tidak mengetahui bahkan tidak berusaha memprediksi
seberapa jauh jaraknya. misalnya jaraknya 10 km, si A sudah memprediksi
akan berjalan 15 km sedangkan si B tidak ada bayangan sama sekali
sehingga dalam perjalanan si B kaget bahkan sering mengeluh sebaliknya
si A,karena membayangkan jauh di atas jarak yang sebenarnya dia merasa
10 km adalah jarak yang mudah untuk ditempuh.Seperti itulah,saat
mendapat tugas apapun anda harus membayangkan hal terberat yang akan
dihadapi jangan hanya melihat hal-hal yang indah yang akan
didapatkan.Sehingga tugas seberat apapun akan terasa lebih ringan.
Hal kedua yang harus dilakukan adalah;berusaha untuk selalu siap dalam
menghadapi segala tantangan saat melakasanakan tugas,karena SIAP adalah
50 % dari KEBERHASILAN 50%-nya lagi ditentukan oleh proses kepemimpinan
dan variable-variable yang menjadi objek kepemimpinan anda (siswa siswa)
dalam melaksanakan tugas.Dalam hal ini SIAP mencakup dua hal:
- SIAP MENTAL, dalam menjalankan tugas tidak jarang seorang ketua OSIS
dihadapkan pada momentum yang menuntut mentalnya harus sekeras
baja.Tidak hanya saat berbicara di depan umum namun juga saat
mendapatkan kritik” pedas” dari guru,teman,atau siapa saja yang kritis
terhadap OSIS yang kadang-kadang menuntut kesabaran yang super. Bukan
itu saja,terkadang sebagai ketua OSIS kita mengalami
ambivalensi,konsisten menjalankan tanggung jawab dengan konsekwensi
menjadi orang yang “tidak di sukai” atau menjadi orang yang “di sukai “
dengan menjalankan tanggung jawab tidak secara total dan parsial dalam
mengambil kebijakan,,,,,,,,,,,,,,,misalnya saat harus mengadakan razia
siswa yang memakai perhiasan berlebihan,saat itulah komentar-komentar
miring yang terkadang menyakitkan hati harus kita terima.Namun lain
halnya jika kita menyerahkan kembali perhiasan hasil razia yang kita
laksanakan dengan cara backstreet,kita akan dianggap ketua OSIS
sekaligus teman yang sangat baik.Sebaliknya jika anda konsisten dengan
tidak mengembalikan perhisan-perhisan tersebut,anda akan dianggap tinggi
hati,lupa teman atau,,,,,,,,,,,,,,,masih banyak lagi “sebutan-sebutan”
yang ditujukan pada anda.Konsepsi seperti ini muncul dikarenakan oleh
adanya pergeseran nilai terhadap sesuatu yang kita anggap baik, “orang
baik” adalah orang yang indisipliner menurut sekelumit orang dari
perspektif yang di dasarkan pada pergeseran nilai tersebut.Seperti
halnya seorang polisi yang membiarkan seorang pengemudi tanpa SIM bebas
berlalu lalang di jalanan tanpa mendapat sanksi,entah karena pengemudi
tersebut keluarga ,teman atau kenalannya.Padahal saat itu diadakan
sweeping.Pengemudi tersebut pasti akan menganggap polisi yang memberikan
keistimewaan kepadanya adalah orang yang sangat baik.seperti itu pula
yang terjadi pada seorang ketua OSIS dalam fungsiya menegakkan tata
tertib.Sebagai ketua OSIS yang baik,apa yang akan anda pilih,menjadi”
ketua OSIS yang baik” dari perspektif yang didasarkan pada pergeseran
nilai atau” ketua OSIS yang baik “dari perspektif
loyalitas,responsibilitas dan kredibilitas ?
SIAP FISIK,dalam menjalankan program tak jarang sebagai ketua dituntut
untuk ekstra kerja keras.Ketua OSIS sangat berbeda dengan siswa siswi
pada umumnya,yang hanya datang ke sekolah pukul 07.00,belajar,dan
kembali ke rumah pukul 14.00.Sebagai ketua OSIS,ada banyak tugas yang
menunggu.Tugas-tugas tersebut menuntut perhatian dan waktu yang lebih
dari anda,ada orang-orang yang siap memberikan kritikan,baik kritik yang
konstruktif maupun kritik yang hanya berasal dari pihak-pihak yang
berkomentar “pedas” karena dilandasi olah sentimen ketidaksukaannya
kepada anda.Mau tidak mau,sebagai ketua OSIS harus siap dengan hal-hal
yang semacam itu,Sebelumnya harus disadari bahwa tugas-tugas tersebut
pada hakikatnya adalah permintaan anda saat berani mencalonkan diri atau
menerima tugas sebagai ketua OSIS,dengan kata lain BERANI MENJADI KETUA
OSIS berarti BERANI MENERIMA TANGGUNG JAWAB.Hanya itu? Tidak,,,,,,,,ada
lagi,bahkan mungkin hal ini tidak hanya menuntut kesiapan fisik namun
juga kesabaran.Saat melaksanakan suatu kegiatan yang kepanitiaannya
dipercayakan kepada OSIS,terkadang sebagai ketua anda harus bekerja
sendiri,semua hal harus anda yang melakukannya.Kemana pengurus yang lain
? “tidak tahu”,,,,”aku pulang ya….sakit perut,,,,,”ada urusan
keluarga”,alasan klasik seperti itu yang selalu dijadikan tameng oleh
pengurus-pengurus yang tak bertanggung jawab dan tak konsisten dalam
menjalankan tugasnya,tidak berpikir atau setidaknya membayangkan hal-hal
yang akan menjadi kewajiban mereka saat menerima tugas sebagai pengurus
OSIS,atau……..hanya menjadikan OSIS sebagai wadah menaikkan gengsi bukan
sebagai wadah penampung aspirasi siswa.Apalagi saat harus membuat suatu
pertemuan/rapat,anda harus berkeliling memasuki setiap kelas memberi
pengumuman dan ternyata tidak satupun yang datang menghadiri rapat
dengan alasan-alasan klasik diatas.Berkeliling kelas…? Itu bukan hal
yang mudah,melelahkan namun tetap harus anda lakukan.Itulah sekelumit
alasan diperlukannya kesiapan fisik saat menjadi ketua OSIS,contoh
lainnya akan anda dapatkan saat “melaksanakan tugas” tersebut.Hal ini
disebabkan paradigma siswa-siswi sebagai variable yang menjadi objek
kepemimpinan anda mungkin memiliki tendensi yang berbeda dengan objek
kepemipinan penulis .
“Masalah” itulah hal yang selalu dihadapkan kepada setiap orang yang
“berani” menerima tanggung jawab.Itu lumrah,namun diperlukan
kesiapan-kesiapan seperti yang telah dijelaskan di atas.Bukan itu
saja,anda harus “pandai” mencari pemecahan masalah-masalah tersebut.Yang
terkadang mungkin tidak bisa terpenuhi,olah karena selain menjadi ketua
OSIS anda juga punya tanggung jawab sebagai siswa yang harus menerima
pelajaran di kelas.Namun pada kenyataannya ada saat-saat yang menuntut
anda untuk secara total memberikan waktu,tenaga dan pikiran untuk
organisasi ini.”Pembagian waktu” itulah masalahnya…………Tidak mengerjakan
tugas, bingung saat masuk kelas karena tidak mengerti apa yang
dijelaskan sebab anda tidak mengikuti pelajaran tersebut dari
awal,tiba-tiba ada undangan menghadap pembina OSIS,,,,,,,.Bingung ?
pasti,,,,,,apalagi pada awal masa tugas anda.Namun dalam hal ini,sebagai
ketua OSIS anda dituntut untuk bisa melaksanakan seluruh program dengan
tetap berprestasi.SULIT…….!!! memang,,,,but what can you do ? sepeti
itulah realitas yang ada.Sadar atau tidak “prestasi” adalah kendaraan
yang menghantarkan anda menjadi ketua organisasi ini.”Kendaraan
politik=partai” itulah istilah yang sering digunakan dalam konteks
birokrasi.Oleh karena itu anda tetap harus berprestasi,orang-orang di
sekitar anda tidak tahu bahkan mungkin tidak mau tahu dilema yang anda
hadapi.Yang terpenting bagi mereka program terlaksana,anda tetap
berprestasi.Banyak yang gagal namun tidak sedikit pula yang
berhasil,mudah-mudahan anda termasuk pada golongan yang berhasil.
Terkadang ada pihak yang memberikan penilaian terhadap kinerja OSIS
secara a priori,tidak mengetahui konstelasi organisasi namun “berani”
mengatakan OSIS tidak aktif.Menyakitkan,menjengkelkan,,,bahkan mungkin
kecewa,,,,,saat mendapat komentar seperti itu.Padahal anda sudah
berusaha semaksimal mungkin tapi hasilnya tidak memuaskan bagi
mereka,”seandainya kalian tahu betapa sulitnya….” Itulah kalimat yang
mungkin terlontar saat mendengar komentar seperti itu.Hal-hal semacam
itu anggaplah sebagai konsekwensi logis atas “keberanian” anda menerima
tanggung jawab.Hal ini tidak hanya terjadi di OSIS tetapi juga di semua
organisasi,jadi lumrah bukan ?.Dengan menghadapi hal-hal semacam ini
akan membuat anda lebih mature sehingga tidak “cengeng “bila menghadapi
masalah dalam hal apapun di kemudian hari.Jadikan “hal biasa” yang harus
anda hadapi selama masa tugas.Memang butuh waktu bagi anda untuk
membiasakannya,”but let it flow” ,waktu yang akan membuat hal itu
menjadi biasa.
Masalah lainnya adalah pertemanan yang mungkin akan terganggu sebagai
konsekwensi konsistensi anda dalam menegakkan tata tertib sebagai hukum
yang mengatur dalam lingkungan sekolah.Terkadang ada teman yang
menganggap anda sombong,tidak setia kawan,”mentang-mentang jadi ketua
OSIS,,,sok sekali ya” itulah komentar-komentar yang terlontar saat anda
melakukan tindakan yang desisif pada mereka.Apalagi jika kepada teman
sekelas,kerenggangan pertemanan lebih terasa karena dikelaslah anda
menerima pelajaran setiap harinya.Sehingga keadaan di kelas terasa tidak
nyaman,teman-teman yang lain membentuk kelompok-kelompok dan anda tidak
bisa menjadi bagian dari kelompok-kelompok tersebut,oleh karena
ketidaksukaan mereka kepada anda.Sedih ? pasti, tapi seakan tidak ada
cara untuk menyampaikan rasa itu kepada mereka oleh karena “kacamata”
yang mereka pakai bahannya berasal dari ketidaksukaan dilapisi dengan
pandangan negative yang cembung bergagang ketidak-kooperatif-an sehingga
sikap tegas anda dianggap suatu kesalahan kelihatan lebih besar
dibanding hal-hal lain yang anda miliki.Bagaimana mengubahnya,bagaimana
melepaskan kacamat tersebut ?Padahal selain tidak menyenangkan,hal ini
juga akan menjadi salah satu hambatan dalam menjalankan program-program
OSIS karena mereka juga merupakan bagian dari objek kepemimpinan
anda.Bagaimana jika mereka menolak melaksanakan policy organisasi
?,Sesuai dengan pengalaman penulis lebih mudah “mengatur” teman-teman
yang tidak sekelas yang jumlahnya ratusan dibanding ‘mengatur”
teman-teman sekelas yang jumlahnya hanya puluhan.Dalam hal ini tidak ada
pilihan selain menggunakan kepercayaan dalam wujud wewenang yang
diberikan kepada anda untuk menyelesaikan masalah seperti ini.Dalam hal
inilah seorang ketua OSIS akan mengalami ambivalensi seperti penulis
maksudkan pada awal pembahasan di atas.Anda dihadapakan pada
pilihan.Namun bukan berarti anda tidak berusaha mengubah
keadaan,usahakan agar hubungan pertemanan anda menjadi lebih baik atau
pertahankan “hubungan baik” jika keadaannya baik-baik saja.Dalam hal ini
penulis tidak bisa memberikan jalan keluar yang tepat disebabkan oleh
perbedaan paradigma objek kepemimpinan.Sebagai ketua OSIS
pandai-pandailah membaca situasi,presiden pun memiliki “komunikasi
politik” untuk memuluskan pelaksanaan policy-nya begitupun dengan
seorang ketua OSIS harus memiliki “komunikasi kepemimpinan” sebutlah
demikian,yang secara fungsional nyaris sama dengan “komunikasi politik”
presiden namun perbedaannya adalah tujuan ketua OSIS tidak untuk
mendapat kekuasaan,,,,,,,,,benar bukan ?
Yang tak kalah sulitnya adalah “bersikap dengan benar”,terkadang sebagai
ketua OSIS dihadapkan pada keadaan yang membuat anda sulit menentukan
sikap.Hal ini disebabkan anda menjadi sorotan berbagai pihak,tidak boleh
salah berbicara apalagi bersikap akan ada banyak “komentar tak enak”
yang tertuju pada anda.Seperti juga halnya ketika anda bermasalah dengan
teman,kemungkinan besar andalah yang akan dianggap bersalah.Banyak
orang yang berpandangan bahwa mungkin karena anda ketua OSIS merasa
berkuasa jadi anda sewenang-wenang pada teman yang lain.Padahal mungkin
tidak seperti itu,teman andalah yang membuat anda marah dan sebagai
manusia biasa kemarahan pun timbul dari diri anda,lumrah bukan? Ketua
OSIS juga manusia,,,,,,,,,,,,,,atau penulis akan menjelaskan hal ini
dengan fenomena yang lain.Misalnya siswa yang paling pandai di kelasnya
melaporkan pada guru kecurangan-kecurangan yang teman lakukan,misalnya
temannya tersebut mencontek atau melihat catatan saat ulangan,itu salah
dan merupakan suatu deviasi,namun teman yang dilaporkannya menganggap
dia orang yang sombong,tidak setia kawan ”mentang-mentang sudah pintar
main lapor saja” padahal mungkin tidak demikian,ada alasan-alasan yang
logis dan fundamental sehingga siswa tersebut melaporkannya.Namun
berbeda halnya dengan siswa yang memang dikenal nakal,apapun yang
dilakukannya pasti komentar yang terlontar “itu hal yang biasa,dia
memang begitu” seakan ada pemaafan secara otomatis baginya.Mengapa
demikian ? seolah-seolah ada “ketidakadilan” yang unvisible bagi
orang-orang yang memiliki “kelebihan” namun fenomena ini tidak pernah
mengemuka atau setidaknya disadari oleh khalayak sehingga konsepsi
seperti itu bisa diluruhkan.Fenomena yang sama juga terjadi pada
seseorang yang mendapat kepercayaan menjadi ketua OSIS, berpikirlah
Dalam tulisan ini penulis memulai pembahasan dengan menyajikan
masalah-masalah,bukannya tanpa maksud.Penulis sengaja menyusunnya
demikian agar kita tidak terbiasa membayangkan hal-hal yang menyenangkan
saja tapi segala sesuatunya harus dimulai dengan hal-hal yang berat dan
sulit terlebih dahulu,agar hal-hal tersebut terasa lebih ringan.Seperti
halnya dengan fenomena mengupas bawang,,,,,,,kelihatannya tidak ada
yang istimewa,namun sebenarnya ada nilai-nilai filosofis yang bisa kita
ambil dari fenomena tersebut ; mengupas bawang sebaiknya dimulai dengan
bawang-bawang yang ukurannya kecil{bawang menyebabkan mata menjadi
perih,kita analogikan fenomena itu seperti kesulitan-kesulitan yang akan
anda hadapi saat menjadi ketua osis} agar tidak terasa sulit.Sebaliknya
jika dimulai dengan bawang-bawang yang ukurannya besar,lama-kelamaan
rasa bosan disertai rasa perihlah yang akan menyerang dan semangat kita
pasti akan berkurang karena melihat bawang selanjutnya yang akan dikupas
ukurannya lebih kecil lagi,pasti lebih sulit..Demikian halnya jika kita
melakukan segala sesatu,lakukanlah dari hal-hal yang terasa lebih
berat.Mengupas bawang dari ukuran terkecil lalu ukuran terbesar itulah
intinya.Dengan runtunan seperti itu,sadar atau tidak sadar sebenarnya
kita semakin termotivasi untuk menyelesaikan pekerjaan,dengan asumsi
masalah berikutnya pasti lebih mudah.
Sebenarnya hal yang paling menyenangkan saat menjadi ketua OSIS telah
penulis jelaskan pada awal pembahasan diatas.”Pengalaman” itulah hal
yang paling berharga yang kita dapatkan saat memimpin organisasi
ini.Pengalaman tidak akan didapatkan di dalam kelas ataupun bisa
diajarkan.Saat penulis menjadi ketua OSIS,hal yang paling menyenangkan
bagi penulis saat itu adalah bisa mendapatkan “pelajaran” public
speaking secara praktikal.Saat menjadi ketua OSIS,intensitas berbicara
didepan umum lebih besar dari sebelumnya.Grogi,,,nervous,,,demam
panggung,,,? Pasti akan terkikis oleh makin seringnya berbicara di depan
umum.Sebutlah kemampuan berorasi……,di kelas kita hanya akan diajarkan
teori saja di organisasi inilah salah satu wadah mempraktikan teori yang
kita dapatkan di kelas.
Dengan menjadi ketua OSIS anda akan lebih “mengenal” sekolah,misalnya
mengenai keuangan,administrasi atau hal-hal lainnya.Dalam artian,anda
menjadi lebih paham keadaan sekolah saat ini seperti apa.Jadi…kalau ada
siswa-siswi yang protes sekolah meminta ini itu,mungkin anda tidak akan
ikut-ikutan karena tahu betul bagaiman keadaan sekolah.Sebutlah
aksessibilitas yang jauh lebih terbuka dibanding siswa lainnya.Tidaklah
mungkin sekolah akan memberikan manifes tentang keadaan sekolah kepada
seluruh siswa.Anda akan lebih “mengenal” institusi pendidikan ini di
banding yang lain.Adakah hal-hal yang seperti ini anda dapatkan jika
tidak menjadi bagian organisasi ini,dengan kapasitas anda sebagai siswa ?
tentu tidak !.
Saat menjadi ketua OSIS,pastilah anda akan sering mewakili sekolah pada
kegiatan-kegiatan yang diadakan di luar sekolah atau institusi-institusi
lain.Pada kesempatan-kesempatan seperti itulah teman anda akan semakin
banyak.Jadi pergaulan semakin luas seperti halnya pengetahuan anda juga
akan semakin bertambah.Menyenangkan bukan ?.Di tambah lagi dengan
pengalaman melaksanakan suatu acara,pada kesempatan itulah anda
mendapatkan pengetahuan mengenai hal-hal yang harus disiapkan,yang
dihadapi atau sebutlah dinamika penyelengaraan suatu
kegiatan.Pengetahuan-pengetahuan yang seperti ini tidak akan didapatkan
jika tidak terlibat langsung,,,,,,,,,,,salah satu kesempatan untuk
terlibat langsung adalah di organisasi ini.Jadi,sepertinya tidak ada
alasan untuk mengatakan “untuk apa berorganisasi ?” .
Sebenarnya tidak ada hal yang useless dalam berorganisasi,jika kita
pandai “menarik” nilai-nilai filosofis yang faedagogis dalam kedinamisan
berorganisasi dan mencoba membuat konklusi-konklusi dari
fenomena-fenomena yang terjadi selama berorganisasi dan mencoba
mengaplikasikannya dalam fenomena lain dalam kehidupan kita.Misalnya
terkadang kita dihadapkan pada beberapa pilihan yang masing-masing
memiliki konsekwensi positif-negatifnya,namun kita tetap harus memilih
dan harus siap menerima konsekwensi sebagai akibat pilihan kita.Dalam
fenomena inilah kita diajarkan untuk selalu siap menerima konsekwensi
dari tindakan yang telah kita lakukan dalam hal apapun.Jadi sesal yang
selalu datang belakangan bisa “berkurang” oleh karena pada saat
“menjatuhkan” pilihan kita telah siap mempertanggungjawabkannya.Misalnya
juga saat mendapatkan kritikan yang menurut kita tidak fundamental
karena kita merasa telah melaksanakan sebagaimana mestinya namun tetap
dinilai salah oleh pihak lain,terlepas dari apapun yang melandasi pihak
lain tersebut memberikan kritikan,dalam fenomena ini kita dapat
“menarik” suatu konklusi bahwa tidak semua hal yang kita anggap benar
adalah benar bagi orang lain.Pengalaman penulis saat berbeda pendapat
dengan pihak lain,penulis seakan tidak memiliki kekuatan untuk
mempertahankan pendapat karena hal itu akan menimbulkan pandangan
“mentang-mentang ketua Osis tidak mau menerima pendapat orang” atau
“memaksakan pendapat” padahal tidak demikian,,,,,,,,,,kalau kita
menelaahnya secara objektif…..sebenarnya dalam fenomena ini kedua belah
pihak saling memaksakan pendapat.Pernyataan “tidak mau menerima pendapat
orang lain” atau “memaksakan pendapat” itu terlontar oleh karena pihak
lain tersebut menginginkan kita menerima pendapatnya,jadi pada
hakikatnya siapa yang memaksakan kehendak ? namun sekali lagi hal ini
seakan-akan tidak disadari bahkan unvisible,tidak pernah ada yang
menelaah atau setidaknya menyadari fenomena yang terjadi
didalamnya.Namun dalam hal ini penulis mengajak anda melihat dari sisi
positifnya; KEMAMPUAN MENGANALISA HAKIKAT SUATU FENOMENA ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar