Senin, 29 April 2013

04.teory organisasi dalam OSIS

Tulisan ini membahas berbagai hal mengenai kepemimpinan dalam OSIS yang disajikan penulis dengan dua cara,yaitu :
Secara argumentatif;disusun berdasarkan opini-opini penulis mengenai konstelasi OSIS,masalah-masalah yang biasa dihadapi oleh seorang ketua OSIS.Dalam tulisan ini juga penulis mencoba memberikan cara-cara mengatasi masalah-masalah tersebut yang didasarkan pada pengalaman empiris penulis,walaupun penulis bukanlah seorang pemimpin yang berhasil dalam memimpin organisasi ini namun eksistensi penulis yang sekarang sudah tidak berada di dalam organisasi ini membuat penulis lebih kritis.Seperti halnya fenomena permainan sepak bola,,,,,.sepertinya penontonlah yang lebih hebat dari pemainnya.Penonton lebih tahu langkah apa yang seharusnya dilakukan menghadapi saat-saat sulit selama permainan berlangsung,karena penonton berada diluar lapangan dan tidak sedang dihadapkan pada masalahnya secara langsung Demikian pula dengan penulis,dalam fenomena tersebut penulis tidak lagi menjadi pemainnya melainkan menjadi penonton sehingga lebih mudah mencari jalan keluar dari masalah-masalah yang dihadapi dan tentunya menggunakan pengalaman empiris saat menjadi ketua OSIS dulu
Secara subjektif;argumen-argumen yang dituangkan dalam tulisan ini berdasarkan perspektif penulis.Penjelasannya berdasarkan apa yang dirasakan,dilihat dan yang dialami penulis selama melaksanakan tugas sebagai ketua OSIS.Jadi,mungkin berbeda pandangan dengan teman-teman lain yang saat itu juga menjadi pengurus OSIS.
Dalam hal ini penulis hanya ingin berbagi pengalaman,cerita atau hal apa saja yang dialami saat menjadi ketua OSIS tanpa bermaksud menggurui atau dilandasi oleh tujuan-tujuan tertentu,,,,,,,,,tidak,,tidak demikian ! melalui tulisan ini penulis hanya ingin menyampaikan konsepsi-konsepsi penulis terhadap OSIS yang diangkat dari realitas bukan berdasarkan teori.Mungkin banyak sekali buku-buku yang membahas mengenai OSIS secara teoritis saja tanpa pernah memperhatikan masalah-masalah yang disajikan penulis dalam tulisan ini,karena kebanyakan masalah-masalah yang dibahas adalah hal-hal yang sifatnya unvisible,yang hanya dapat dirasakan dan diketahui saat berada di dalam organisasi ini bahkan mungkin tidak pernah terpikirkan oleh orang-orang yang tidak “mengenal” organisasi ini.
Mendapat kepercayaan sebagai ketua OSIS bukanlah hal yang mudah,namun bukan juga hal yang sulit.Bukan hal yang useless ,namun sebaliknya syarat akan pengalaman, dan pengetahuan yang mungkin saja tidak anda dapatkan saat berada di dalam kelas.”Pengalaman” mungkin seperti itulah kita sering menyebut “hal-hal” yang didapatkan saat memperoleh kepercayaan menjadi ketua OSIS.
Bagi sebagian orang mungkin menganggap menjadi ketua OSIS itu sangat menyenangkan ;bisa dikenal banyak orang(famous),dikenal oleh guru,memiliki aksesibilitas yang tinggi,prestasi sekaligus prestise.Memang benar ! tapi itu hanyalah sekelumit hal-hal yang akan anda alami saat menjalankan tugas menjadi seorang pemimpin organisasi intra sekolah ini.Seharusnya setiap orang yang berkeinginan dan atau berkesempatan menjadi ketua OSIS aware akan “apa saja” yang akan dihadapi pasca terpilih nanti.Hal pertama yang harus dilakukan adalah membayangkan hal terberat yang akan dihadapi,hal ini bukan dimaksudkan membebani ketua OSIS terpilih.Namun hal ini dimaksudkan agar jika suatu saat nanti menghadapi masalah terberat sekalipun bisa mengatasi dan tidak terbebani oleh masalah-masalah tersebut.Seperti halnya dengan dua orang yang harus berjalan kaki,si A sudah mengetahui atau setidaknya sudah membayangkan seberapa jauh perjalanan yang harus ditempuh namun si B sama sekali tidak mengetahui bahkan tidak berusaha memprediksi seberapa jauh jaraknya. misalnya jaraknya 10 km, si A sudah memprediksi akan berjalan 15 km sedangkan si B tidak ada bayangan sama sekali sehingga dalam perjalanan si B kaget bahkan sering mengeluh sebaliknya si A,karena membayangkan jauh di atas jarak yang sebenarnya dia merasa 10 km adalah jarak yang mudah untuk ditempuh.Seperti itulah,saat mendapat tugas apapun anda harus membayangkan hal terberat yang akan dihadapi jangan hanya melihat hal-hal yang indah yang akan didapatkan.Sehingga tugas seberat apapun akan terasa lebih ringan.
Hal kedua yang harus dilakukan adalah;berusaha untuk selalu siap dalam menghadapi segala tantangan saat melakasanakan tugas,karena SIAP adalah 50 % dari KEBERHASILAN 50%-nya lagi ditentukan oleh proses kepemimpinan dan variable-variable yang menjadi objek kepemimpinan anda (siswa siswa) dalam melaksanakan tugas.Dalam hal ini SIAP mencakup dua hal:
- SIAP MENTAL, dalam menjalankan tugas tidak jarang seorang ketua OSIS dihadapkan pada momentum yang menuntut mentalnya harus sekeras baja.Tidak hanya saat berbicara di depan umum namun juga saat mendapatkan kritik” pedas” dari guru,teman,atau siapa saja yang kritis terhadap OSIS yang kadang-kadang menuntut kesabaran yang super. Bukan itu saja,terkadang sebagai ketua OSIS kita mengalami ambivalensi,konsisten menjalankan tanggung jawab dengan konsekwensi menjadi orang yang “tidak di sukai” atau menjadi orang yang “di sukai “ dengan menjalankan tanggung jawab tidak secara total dan parsial dalam mengambil kebijakan,,,,,,,,,,,,,,,misalnya saat harus mengadakan razia siswa yang memakai perhiasan berlebihan,saat itulah komentar-komentar miring yang terkadang menyakitkan hati harus kita terima.Namun lain halnya jika kita menyerahkan kembali perhiasan hasil razia yang kita laksanakan dengan cara backstreet,kita akan dianggap ketua OSIS sekaligus teman yang sangat baik.Sebaliknya jika anda konsisten dengan tidak mengembalikan perhisan-perhisan tersebut,anda akan dianggap tinggi hati,lupa teman atau,,,,,,,,,,,,,,,masih banyak lagi “sebutan-sebutan” yang ditujukan pada anda.Konsepsi seperti ini muncul dikarenakan oleh adanya pergeseran nilai terhadap sesuatu yang kita anggap baik, “orang baik” adalah orang yang indisipliner menurut sekelumit orang dari perspektif yang di dasarkan pada pergeseran nilai tersebut.Seperti halnya seorang polisi yang membiarkan seorang pengemudi tanpa SIM bebas berlalu lalang di jalanan tanpa mendapat sanksi,entah karena pengemudi tersebut keluarga ,teman atau kenalannya.Padahal saat itu diadakan sweeping.Pengemudi tersebut pasti akan menganggap polisi yang memberikan keistimewaan kepadanya adalah orang yang sangat baik.seperti itu pula yang terjadi pada seorang ketua OSIS dalam fungsiya menegakkan tata tertib.Sebagai ketua OSIS yang baik,apa yang akan anda pilih,menjadi” ketua OSIS yang baik” dari perspektif yang didasarkan pada pergeseran nilai atau” ketua OSIS yang baik “dari perspektif loyalitas,responsibilitas dan kredibilitas ?
SIAP FISIK,dalam menjalankan program tak jarang sebagai ketua dituntut untuk ekstra kerja keras.Ketua OSIS sangat berbeda dengan siswa siswi pada umumnya,yang hanya datang ke sekolah pukul 07.00,belajar,dan kembali ke rumah pukul 14.00.Sebagai ketua OSIS,ada banyak tugas yang menunggu.Tugas-tugas tersebut menuntut perhatian dan waktu yang lebih dari anda,ada orang-orang yang siap memberikan kritikan,baik kritik yang konstruktif maupun kritik yang hanya berasal dari pihak-pihak yang berkomentar “pedas” karena dilandasi olah sentimen ketidaksukaannya kepada anda.Mau tidak mau,sebagai ketua OSIS harus siap dengan hal-hal yang semacam itu,Sebelumnya harus disadari bahwa tugas-tugas tersebut pada hakikatnya adalah permintaan anda saat berani mencalonkan diri atau menerima tugas sebagai ketua OSIS,dengan kata lain BERANI MENJADI KETUA OSIS berarti BERANI MENERIMA TANGGUNG JAWAB.Hanya itu? Tidak,,,,,,,,ada lagi,bahkan mungkin hal ini tidak hanya menuntut kesiapan fisik namun juga kesabaran.Saat melaksanakan suatu kegiatan yang kepanitiaannya dipercayakan kepada OSIS,terkadang sebagai ketua anda harus bekerja sendiri,semua hal harus anda yang melakukannya.Kemana pengurus yang lain ? “tidak tahu”,,,,”aku pulang ya….sakit perut,,,,,”ada urusan keluarga”,alasan klasik seperti itu yang selalu dijadikan tameng oleh pengurus-pengurus yang tak bertanggung jawab dan tak konsisten dalam menjalankan tugasnya,tidak berpikir atau setidaknya membayangkan hal-hal yang akan menjadi kewajiban mereka saat menerima tugas sebagai pengurus OSIS,atau……..hanya menjadikan OSIS sebagai wadah menaikkan gengsi bukan sebagai wadah penampung aspirasi siswa.Apalagi saat harus membuat suatu pertemuan/rapat,anda harus berkeliling memasuki setiap kelas memberi pengumuman dan ternyata tidak satupun yang datang menghadiri rapat dengan alasan-alasan klasik diatas.Berkeliling kelas…? Itu bukan hal yang mudah,melelahkan namun tetap harus anda lakukan.Itulah sekelumit alasan diperlukannya kesiapan fisik saat menjadi ketua OSIS,contoh lainnya akan anda dapatkan saat “melaksanakan tugas” tersebut.Hal ini disebabkan paradigma siswa-siswi sebagai variable yang menjadi objek kepemimpinan anda mungkin memiliki tendensi yang berbeda dengan objek kepemipinan penulis .
“Masalah” itulah hal yang selalu dihadapkan kepada setiap orang yang “berani” menerima tanggung jawab.Itu lumrah,namun diperlukan kesiapan-kesiapan seperti yang telah dijelaskan di atas.Bukan itu saja,anda harus “pandai” mencari pemecahan masalah-masalah tersebut.Yang terkadang mungkin tidak bisa terpenuhi,olah karena selain menjadi ketua OSIS anda juga punya tanggung jawab sebagai siswa yang harus menerima pelajaran di kelas.Namun pada kenyataannya ada saat-saat yang menuntut anda untuk secara total memberikan waktu,tenaga dan pikiran untuk organisasi ini.”Pembagian waktu” itulah masalahnya…………Tidak mengerjakan tugas, bingung saat masuk kelas karena tidak mengerti apa yang dijelaskan sebab anda tidak mengikuti pelajaran tersebut dari awal,tiba-tiba ada undangan menghadap pembina OSIS,,,,,,,.Bingung ? pasti,,,,,,apalagi pada awal masa tugas anda.Namun dalam hal ini,sebagai ketua OSIS anda dituntut untuk bisa melaksanakan seluruh program dengan tetap berprestasi.SULIT…….!!! memang,,,,but what can you do ? sepeti itulah realitas yang ada.Sadar atau tidak “prestasi” adalah kendaraan yang menghantarkan anda menjadi ketua organisasi ini.”Kendaraan politik=partai” itulah istilah yang sering digunakan dalam konteks birokrasi.Oleh karena itu anda tetap harus berprestasi,orang-orang di sekitar anda tidak tahu bahkan mungkin tidak mau tahu dilema yang anda hadapi.Yang terpenting bagi mereka program terlaksana,anda tetap berprestasi.Banyak yang gagal namun tidak sedikit pula yang berhasil,mudah-mudahan anda termasuk pada golongan yang berhasil.
Terkadang ada pihak yang memberikan penilaian terhadap kinerja OSIS secara a priori,tidak mengetahui konstelasi organisasi namun “berani” mengatakan OSIS tidak aktif.Menyakitkan,menjengkelkan,,,bahkan mungkin kecewa,,,,,saat mendapat komentar seperti itu.Padahal anda sudah berusaha semaksimal mungkin tapi hasilnya tidak memuaskan bagi mereka,”seandainya kalian tahu betapa sulitnya….” Itulah kalimat yang mungkin terlontar saat mendengar komentar seperti itu.Hal-hal semacam itu anggaplah sebagai konsekwensi logis atas “keberanian” anda menerima tanggung jawab.Hal ini tidak hanya terjadi di OSIS tetapi juga di semua organisasi,jadi lumrah bukan ?.Dengan menghadapi hal-hal semacam ini akan membuat anda lebih mature sehingga tidak “cengeng “bila menghadapi masalah dalam hal apapun di kemudian hari.Jadikan “hal biasa” yang harus anda hadapi selama masa tugas.Memang butuh waktu bagi anda untuk membiasakannya,”but let it flow” ,waktu yang akan membuat hal itu menjadi biasa.
Masalah lainnya adalah pertemanan yang mungkin akan terganggu sebagai konsekwensi konsistensi anda dalam menegakkan tata tertib sebagai hukum yang mengatur dalam lingkungan sekolah.Terkadang ada teman yang menganggap anda sombong,tidak setia kawan,”mentang-mentang jadi ketua OSIS,,,sok sekali ya” itulah komentar-komentar yang terlontar saat anda melakukan tindakan yang desisif pada mereka.Apalagi jika kepada teman sekelas,kerenggangan pertemanan lebih terasa karena dikelaslah anda menerima pelajaran setiap harinya.Sehingga keadaan di kelas terasa tidak nyaman,teman-teman yang lain membentuk kelompok-kelompok dan anda tidak bisa menjadi bagian dari kelompok-kelompok tersebut,oleh karena ketidaksukaan mereka kepada anda.Sedih ? pasti, tapi seakan tidak ada cara untuk menyampaikan rasa itu kepada mereka oleh karena “kacamata” yang mereka pakai bahannya berasal dari ketidaksukaan dilapisi dengan pandangan negative yang cembung bergagang ketidak-kooperatif-an sehingga sikap tegas anda dianggap suatu kesalahan kelihatan lebih besar dibanding hal-hal lain yang anda miliki.Bagaimana mengubahnya,bagaimana melepaskan kacamat tersebut ?Padahal selain tidak menyenangkan,hal ini juga akan menjadi salah satu hambatan dalam menjalankan program-program OSIS karena mereka juga merupakan bagian dari objek kepemimpinan anda.Bagaimana jika mereka menolak melaksanakan policy organisasi ?,Sesuai dengan pengalaman penulis lebih mudah “mengatur” teman-teman yang tidak sekelas yang jumlahnya ratusan dibanding ‘mengatur” teman-teman sekelas yang jumlahnya hanya puluhan.Dalam hal ini tidak ada pilihan selain menggunakan kepercayaan dalam wujud wewenang yang diberikan kepada anda untuk menyelesaikan masalah seperti ini.Dalam hal inilah seorang ketua OSIS akan mengalami ambivalensi seperti penulis maksudkan pada awal pembahasan di atas.Anda dihadapakan pada pilihan.Namun bukan berarti anda tidak berusaha mengubah keadaan,usahakan agar hubungan pertemanan anda menjadi lebih baik atau pertahankan “hubungan baik” jika keadaannya baik-baik saja.Dalam hal ini penulis tidak bisa memberikan jalan keluar yang tepat disebabkan oleh perbedaan paradigma objek kepemimpinan.Sebagai ketua OSIS pandai-pandailah membaca situasi,presiden pun memiliki “komunikasi politik” untuk memuluskan pelaksanaan policy-nya begitupun dengan seorang ketua OSIS harus memiliki “komunikasi kepemimpinan” sebutlah demikian,yang secara fungsional nyaris sama dengan “komunikasi politik” presiden namun perbedaannya adalah tujuan ketua OSIS tidak untuk mendapat kekuasaan,,,,,,,,,benar bukan ?
Yang tak kalah sulitnya adalah “bersikap dengan benar”,terkadang sebagai ketua OSIS dihadapkan pada keadaan yang membuat anda sulit menentukan sikap.Hal ini disebabkan anda menjadi sorotan berbagai pihak,tidak boleh salah berbicara apalagi bersikap akan ada banyak “komentar tak enak” yang tertuju pada anda.Seperti juga halnya ketika anda bermasalah dengan teman,kemungkinan besar andalah yang akan dianggap bersalah.Banyak orang yang berpandangan bahwa mungkin karena anda ketua OSIS merasa berkuasa jadi anda sewenang-wenang pada teman yang lain.Padahal mungkin tidak seperti itu,teman andalah yang membuat anda marah dan sebagai manusia biasa kemarahan pun timbul dari diri anda,lumrah bukan? Ketua OSIS juga manusia,,,,,,,,,,,,,,atau penulis akan menjelaskan hal ini dengan fenomena yang lain.Misalnya siswa yang paling pandai di kelasnya melaporkan pada guru kecurangan-kecurangan yang teman lakukan,misalnya temannya tersebut mencontek atau melihat catatan saat ulangan,itu salah dan merupakan suatu deviasi,namun teman yang dilaporkannya menganggap dia orang yang sombong,tidak setia kawan ”mentang-mentang sudah pintar main lapor saja” padahal mungkin tidak demikian,ada alasan-alasan yang logis dan fundamental sehingga siswa tersebut melaporkannya.Namun berbeda halnya dengan siswa yang memang dikenal nakal,apapun yang dilakukannya pasti komentar yang terlontar “itu hal yang biasa,dia memang begitu” seakan ada pemaafan secara otomatis baginya.Mengapa demikian ? seolah-seolah ada “ketidakadilan” yang unvisible bagi orang-orang yang memiliki “kelebihan” namun fenomena ini tidak pernah mengemuka atau setidaknya disadari oleh khalayak sehingga konsepsi seperti itu bisa diluruhkan.Fenomena yang sama juga terjadi pada seseorang yang mendapat kepercayaan menjadi ketua OSIS, berpikirlah
Dalam tulisan ini penulis memulai pembahasan dengan menyajikan masalah-masalah,bukannya tanpa maksud.Penulis sengaja menyusunnya demikian agar kita tidak terbiasa membayangkan hal-hal yang menyenangkan saja tapi segala sesuatunya harus dimulai dengan hal-hal yang berat dan sulit terlebih dahulu,agar hal-hal tersebut terasa lebih ringan.Seperti halnya dengan fenomena mengupas bawang,,,,,,,kelihatannya tidak ada yang istimewa,namun sebenarnya ada nilai-nilai filosofis yang bisa kita ambil dari fenomena tersebut ; mengupas bawang sebaiknya dimulai dengan bawang-bawang yang ukurannya kecil{bawang menyebabkan mata menjadi perih,kita analogikan fenomena itu seperti kesulitan-kesulitan yang akan anda hadapi saat menjadi ketua osis} agar tidak terasa sulit.Sebaliknya jika dimulai dengan bawang-bawang yang ukurannya besar,lama-kelamaan rasa bosan disertai rasa perihlah yang akan menyerang dan semangat kita pasti akan berkurang karena melihat bawang selanjutnya yang akan dikupas ukurannya lebih kecil lagi,pasti lebih sulit..Demikian halnya jika kita melakukan segala sesatu,lakukanlah dari hal-hal yang terasa lebih berat.Mengupas bawang dari ukuran terkecil lalu ukuran terbesar itulah intinya.Dengan runtunan seperti itu,sadar atau tidak sadar sebenarnya kita semakin termotivasi untuk menyelesaikan pekerjaan,dengan asumsi masalah berikutnya pasti lebih mudah.
Sebenarnya hal yang paling menyenangkan saat menjadi ketua OSIS telah penulis jelaskan pada awal pembahasan diatas.”Pengalaman” itulah hal yang paling berharga yang kita dapatkan saat memimpin organisasi ini.Pengalaman tidak akan didapatkan di dalam kelas ataupun bisa diajarkan.Saat penulis menjadi ketua OSIS,hal yang paling menyenangkan bagi penulis saat itu adalah bisa mendapatkan “pelajaran” public speaking secara praktikal.Saat menjadi ketua OSIS,intensitas berbicara didepan umum lebih besar dari sebelumnya.Grogi,,,nervous,,,demam panggung,,,? Pasti akan terkikis oleh makin seringnya berbicara di depan umum.Sebutlah kemampuan berorasi……,di kelas kita hanya akan diajarkan teori saja di organisasi inilah salah satu wadah mempraktikan teori yang kita dapatkan di kelas.
Dengan menjadi ketua OSIS anda akan lebih “mengenal” sekolah,misalnya mengenai keuangan,administrasi atau hal-hal lainnya.Dalam artian,anda menjadi lebih paham keadaan sekolah saat ini seperti apa.Jadi…kalau ada siswa-siswi yang protes sekolah meminta ini itu,mungkin anda tidak akan ikut-ikutan karena tahu betul bagaiman keadaan sekolah.Sebutlah aksessibilitas yang jauh lebih terbuka dibanding siswa lainnya.Tidaklah mungkin sekolah akan memberikan manifes tentang keadaan sekolah kepada seluruh siswa.Anda akan lebih “mengenal” institusi pendidikan ini di banding yang lain.Adakah hal-hal yang seperti ini anda dapatkan jika tidak menjadi bagian organisasi ini,dengan kapasitas anda sebagai siswa ? tentu tidak !.
Saat menjadi ketua OSIS,pastilah anda akan sering mewakili sekolah pada kegiatan-kegiatan yang diadakan di luar sekolah atau institusi-institusi lain.Pada kesempatan-kesempatan seperti itulah teman anda akan semakin banyak.Jadi pergaulan semakin luas seperti halnya pengetahuan anda juga akan semakin bertambah.Menyenangkan bukan ?.Di tambah lagi dengan pengalaman melaksanakan suatu acara,pada kesempatan itulah anda mendapatkan pengetahuan mengenai hal-hal yang harus disiapkan,yang dihadapi atau sebutlah dinamika penyelengaraan suatu kegiatan.Pengetahuan-pengetahuan yang seperti ini tidak akan didapatkan jika tidak terlibat langsung,,,,,,,,,,,salah satu kesempatan untuk terlibat langsung adalah di organisasi ini.Jadi,sepertinya tidak ada alasan untuk mengatakan “untuk apa berorganisasi ?” .
Sebenarnya tidak ada hal yang useless dalam berorganisasi,jika kita pandai “menarik” nilai-nilai filosofis yang faedagogis dalam kedinamisan berorganisasi dan mencoba membuat konklusi-konklusi dari fenomena-fenomena yang terjadi selama berorganisasi dan mencoba mengaplikasikannya dalam fenomena lain dalam kehidupan kita.Misalnya terkadang kita dihadapkan pada beberapa pilihan yang masing-masing memiliki konsekwensi positif-negatifnya,namun kita tetap harus memilih dan harus siap menerima konsekwensi sebagai akibat pilihan kita.Dalam fenomena inilah kita diajarkan untuk selalu siap menerima konsekwensi dari tindakan yang telah kita lakukan dalam hal apapun.Jadi sesal yang selalu datang belakangan bisa “berkurang” oleh karena pada saat “menjatuhkan” pilihan kita telah siap mempertanggungjawabkannya.Misalnya juga saat mendapatkan kritikan yang menurut kita tidak fundamental karena kita merasa telah melaksanakan sebagaimana mestinya namun tetap dinilai salah oleh pihak lain,terlepas dari apapun yang melandasi pihak lain tersebut memberikan kritikan,dalam fenomena ini kita dapat “menarik” suatu konklusi bahwa tidak semua hal yang kita anggap benar adalah benar bagi orang lain.Pengalaman penulis saat berbeda pendapat dengan pihak lain,penulis seakan tidak memiliki kekuatan untuk mempertahankan pendapat karena hal itu akan menimbulkan pandangan “mentang-mentang ketua Osis tidak mau menerima pendapat orang” atau “memaksakan pendapat” padahal tidak demikian,,,,,,,,,,kalau kita menelaahnya secara objektif…..sebenarnya dalam fenomena ini kedua belah pihak saling memaksakan pendapat.Pernyataan “tidak mau menerima pendapat orang lain” atau “memaksakan pendapat” itu terlontar oleh karena pihak lain tersebut menginginkan kita menerima pendapatnya,jadi pada hakikatnya siapa yang memaksakan kehendak ? namun sekali lagi hal ini seakan-akan tidak disadari bahkan unvisible,tidak pernah ada yang menelaah atau setidaknya menyadari fenomena yang terjadi didalamnya.Namun dalam hal ini penulis mengajak anda melihat dari sisi positifnya; KEMAMPUAN MENGANALISA HAKIKAT SUATU FENOMENA ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar