GAMBARAN UMUM MANAJEMEN"
KONSEP MANAJEMEN PROYEK
3.1. Spektrum Manajemen
Manajemen proyek perangkat lunak yang efektif berfokus pada tiga P : People (manusia), problem (masalah), process (proses). Urutan ini tidak dapat berubah.
3.1.1. Manusia
Faktor manusia sangat penting sehingga Software Engineering Institute
telah mengembangkan sebuah model kematangan kemampuan manajemen
manusia (PM-CMM) ”untuk mempertinggi kesiapan organisasi perangkat
lunak untuk mengerjakan aplikasi yang semakin kompleks dengan membantu
menarik, menumbuhkan, memotivasi, menyebarkan, dan memelihara bakat
yang dibutuhkan untuk mengembangan kemampuan perkembangan perangkat
lunak mereka”
Model
kematangan manajemen manusia membatasi area praktikj berikut kunci
bagi masyarakat perangkat lunak : rekruitmen, seleksi, manajemen unjuk
kerja, pelatihan, kompensasi, perkembangan karir, desain kerja dan
organisasi, dan perkembangan tim/kultur.
3.1.2. Masalah
Sebelum
proyek direncanakan, obyektivitas dan ruang lingkupnya harus
ditetapkan, pemecahan alternatifnya harus dipertimbangkan, teknik dan
bataspun harus didefinisikan. Tanpa informasi ini tidak mungkin
melakukan estimasi biaya yang dapat dipertanggungjawabkan (akurat);
penilaian yang efektif terhadap resiko; merinci secara realistis
tugas-tugas proyek; atau jadwal proyek yang dapat dikelola yang
memberikan indikasi kemajuan yang berarti.
Pengembang
dan pemakai perangkat lunak harus bertemu untuk menentukan tujuan
dan ruang lingkup proyek. Di dalam banyak kasus, aktivitas ini
dimulai sebagai bagian dari proses rekayasa sistem dan berlanjut
sebagai langkah pertama dalam analisis kebutuhan perangkat lunak.
3.1.3. Proses
Proses
perangkat lunak memberikan suatu kerangka kerja di mana rencana
komprehensif bagi pengembangan perangkat lunak dapat dibangun. Sejumlah
kumpulan tugas yang berbeda – tugas-tugas milestone, kemampuan
penyampaian, dan jaminan kualitas – memungkinkan aktivitas kerangka
kerja disesuaikan dengan karakteristik proyek perangkat lunak serta
kebutuhan tim proyek. Akhirnya aktivitas pelindung seperti jaminan
kualitas perangkat lunak, manajemen konfigurasi perangkat lunak, dan
pengukurannya – melapisi model proses yang ada.
3.2. Manusia
Hasil
dari wawancara dengan beberapa wakil president direktur menandakan
pentingnya manusia dalam proses rekayasa perangkat lunak.
3.2.1. Para Pemain
Proses perangkat lunak diisi oleh para pemain yang dapat dikategorikan ke dalam salah satu dalam lima konstituen berikut ini :
1. Manajer Senior, yang menentukan isu-isu bisnis yang sering memiliki pengaruh penting di dalam proyek.
2. Manajer (teknik) Proyek, yang harus merencanakan, memotivasi, mengorganisir, dan mengontrol sebuah produk atau aplikasi.
3. Pelaksana, yang menaympaikan ketrampilan teknik yang diperlukan untuk merekayasa sebuah produk atau aplikasi.
4. Pelanggan, yang menentukan jenis kebutuhan bagi perangkat lunak yang akan direkayasa.
5. Pemakai Akhir, yang berinteraksi dengan perangkat lunak bila perangkat lunak telah dikeluarkan untuk digunakan.
3.2.2. Pimpinan Tim
Jerry Weinberg cenderung mengusulkan model kepemimpinan MOI :
Motivasi. Kemampuan untuk memberi dorongan orang teknik untuk menghasilkan sesuatu dengan kemampuan terbaiknya.
Organisasi.
Kemampuan untuk membentuk proses yang sedang berlangsung yang
memungkinkan konsep dasar diterjemahkan ke dalam suatu hasil akhir.
Gagasan dan inovasi.
Kemampuan untuk mendorong manusia untuk menciptakan dan bertindak
kreatif meskipun mereka bekerja di dalam suatu ikatan yang dibangun
untuk suatu produk atau aplikasi perangkat lunak yang spesifik.
Pandangan lain tentang karakteristik seorang manajer proyek yang efektif memberikan tekanan pada empat kata kunci :
Pemecahan
masalah. Seorang manajer proyek yang efektif dapat mendiagnosis
isu-isu organisasi dan teknis yang paling relevan, yang secara
sistematis membentuk sebuah pemecahan atau dengan tepat memotivasi para
pelaksana yang lain untuk membuat pemecahan.
Identitas
manajerial. Seorang manajer proyek yang baik harus bersentuhan
secara langsung dengan proyeknya. Dia harus memilki rasa percaya diri
untuk melakukan kontrol bila perlu dan membolehkan orang-orang
teknik yang baik untuk mengikuti insting mereka.
Prestasi.
Untuk mengoptimasi produktivitas sebuah tim proyek, seorang manajer
harus memiliki inisiatif dan prestasi, serta dengan caranya sendiri
memperlihatkan bahwa pengambilan risiko yang terkontrol tidak akan
dikenai hukuman.
Pengaruh
dan pembentukan tim. Seorang manajer proyek yang efektif harus mampu
“membaca” manusia; dia harus mampu memahami sinyal verbal dan
nonverbal serta bereaksi terhadap kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang
mengirimkan sinyal tersebut. Manajer harus dapat menguasai diri
meskipun berada pada situasi tekanan yang sangat tinggi.
3.2.3. Tim Perangkat Lunak
Mantei mengusulkan tiga organisasi tim yang umum :
Demokratis terdesentralisasi (DD).
Tim rekayasa perangkat lunak ini tidak memiliki pemimpin yang
permanen. Tetapi “koordinator” dipilih untuk bertugas di dalam durasi
waktu yang pendek, yang kemudian diganti oleh yang lain yang mungkin
bertugas untuk mengkoordinasi tugas-tugas yang berbeda. Keputusan
terhadap masalah dan pendekatan yang dilakukan dibuat oleh konsensus
kelompok. Komunikasi di antara anggota tim bersifat horisontal.
Terkontrol terdesentralisasi (CD).
Tim rekayasa perangkat lunak memiliki pemimpin tertentu yang
mengkoordinasi tugas-tugas khusus serta memiliki pemimpin-pemimpin
sekunder yang bertanggung jawab atas masalah sub-sub tugas. Pemecahan
masalah merupakan aktivitas dari kelompok, tetapi implementasi dari
pemecahan masalah dipecah di antara sub-sub kelompok oleh pimpinan tim.
Komunikasi antar kelompok dan orang bersifat horisontal, tetapi
komunikasi vertikal sepanjang hirarki kontrol juga terjadi di sini.
Terkontrol terdesentralisasi (CC).
Koordinasi pemecahan masalah tingkat puncak dan internal tim diatur
oleh pimpinan tim. Komunikasi antara pimpinan dan anggota tim
bersifat vertikal.
Tabel
3.1. merangkum pengaruh karakteristik proyek terhadap organisasi
tim. Karena struktur tersentralisasi dapat menyelesaikan tugas dengan
lebih cepat, struktur tsb paling banyak digunakan pada penanganan
masalah-masalah yang sederhana. Tim terdesentralisasi memberikan solusi
yang lebih banyak dan lebih baik daripada individual sehingga tim
semacam itu memiliki kemungkinan keberhasilan lebih banyak pada saat
bekerja pada masalah yang sulit. Karena tim CD tersentralisasi untuk
penyelesaian masalah, baik struktur tim CD ataupun CC dapat diterapkan
dengan baik pada masalah-masalah yang sederhana. Struktur DD
merupakan yang terbaik untuk masalah-masalah yang sulit.
Tabel 3.1 Pengaruh karakteristik Proyek Pada Struktur Tim
Tipe tim :
|
DD
|
CD
|
CC
|
Tingkat kesulitan | | | |
Tinggi
|
X
| | |
Rendah
| |
X
|
X
|
Ukuran | | | |
Besar
| |
X
|
X
|
Kecil
|
X
| | |
Umur tim | | | |
Singkat
| |
X
|
X
|
Panjang
|
X
| | |
Modularitas | | | |
Tinggi
| |
X
|
X
|
Rendah
|
X
| | |
Keandalan | | | |
Tinggi
|
X
|
X
| |
Rendah
| | |
X
|
Tanggal pengiriman | | | |
Ketat/pasti
| | |
X
|
Longgar
|
X
|
X
| |
Sosiabilitas | | | |
Tinggi
|
X
| | |
Rendah
| |
X
|
X
|
Karena
unjuk kerja dari sebuah tim berbanding terbalik dengan jumlah
komunikasi yang harus dilakukan, proyek-proyek yang sangat besar paling
baik bila diserahkan kepada tim dengan struktur CC atau CD bila
kelompok-kelompok sub dapat diakomodasi dengan baik.
Telah
dibuktika bahwa struktur tim DD menghasilkan kepuasan kerja dan
moral yang tinggi sehingga baik untuk tim dengan jangka waktu hidup
yang lama.
Struktur
tim DD paling baik diaplikasikan pada masalah-masalah dengan
modularitas relatif rendah karena di sini dibutuhkan volume komunikasi
yang lebih tinggi. Bila modularitas tinggi dimungkinkan (dan manusia
dapat melakukan tugas-tugas mereka sendiri), struktur CC dan DD akan
bekerja dengan baik.
Tim
CC dan CD terbukti menghasilkan cacat yang lebih sedikit dibanding
struktur tim DD, tetapi berhubungan erat dengan aktivitas jaminan
kualitas khusus yang diaplikasikan oleh tim tersebut. Tim yang
terdesentralisasi biasanya membutuhkan lebih banyak waktu untuk
menyelesaikan sebuah proyek daripada struktur yang tersentralisasi, dan
pada saat yang sama merupakan pilihan yang terbaik bila sosiabilitas
yang tinggi diperlukan.
Constantine mengusulkan empat “paradigma organisasional” bagi tim rekayasa perangkat lunak :
- Paradigma tertutup membentuk sebuah tim di sepanjang hirarki otoritas tradisional (sama dengan tim CC). Tim semacam ini dapat bekerja dengan baik pada saat memproduksi perangkat lunak yang sangat mirip dengan apa yang dilakukan sebelumnya; tetapi tim ini kurang inovatif ketika bekerja dalam paradigma tertutup.
- Paradigma random membentuk sebuah tim secara longgar dan tergantung pada inisiatif individual anggota tim. Pada saat terobosan inovasi atau teknologi dibutuhkan, tim yang mengikuti paradigma random akan unggul. Tetapi tim semacam ini dapat berjuang keras bila “unjuk kerja yang teratur” diperlukan.
- Paradigma terbuka cenderung membentuk tim dengan cara tertentu sehingga tercapai banyak kontrol yang berhubungan dengan paradigma tertutup, tetapi sekaligus juga banyak inovasi pada saat menggunakan paradigma random. Kerja dilakukan secara kolaboratif dengan komunikasi yang sarat serta konsensus yang didasarkan pada pengambilan keputusan. Struktur tim paradigma terbuka sesuai bagi pemecahan masalah-masalah yang kompleks, tetapi tidak akan bekerja seefisien tim yang lain.
- Paradigma sinkron bertumpu pada pemggolongan alami dari suatu masalah serta mengorganisasi anggota tim untuk bekerja pada bagian-bagian kecil masalah dengan komunikasi aktif di antara mereka sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar